Jakarta (Antara) - Peneliti asal Australia Merle Calvin
Ricklefs membukukan sejarah pengislaman di tengah masyarakat Jawa sejak
era kolonial hingga pascareformasi yang berjudul "Mengislamkan Jawa:
Sejarah Islamisasi di Jawa dan Penentangnya dari 1930 sampai Sekarang".
"Dalam buku itu, saya berusaha menggambarkan bagaimana studi mengenai
masyarakat Jawa juga berimplikasi pada tingkat global, sebagai bagian
perkembangan universal, yaitu kebangkitan kembali pengaruh agama dalam
kehidupan seseorang," kata Ricklefs dalam diskusi buku ketiganya tentang
Islam Jawa di Jakarta, Senin (25/11) malam.
Dalam pengantarnya, pensiunan dosen Sejarah Asia Tenggara di National
University of Singapore itu menyebut buku setebal 887 halaman itu
merupakan buku terjemahan dari volume terakhir seri bukunya yang
membahas sejarah Islamisasi di kalangan masyarakat Jawa.
Selain membahas pengislaman masyarakat Jawa, Ricklefs juga mengangkat
keterkaitan agama dan politik; hubungan antara kedua bentuk otoritas,
pengetahuan dan kekuasaan; serta pihak-pihak yang memegang otoritas,
pengetahuan, dan kekuasaan itu.
"Bab terakhir dari volume ini mengupas beragam topik yang luas dan
universal," kata penulis buku "Mystic Synthesis in Java: a History of
Islamization from the Fourteenth to the Early Nineteenth Centuries" itu.
Ricklefs mengatakan bahwa kajian sejarah Islam di Jawa mempunyai signifikasi terhadap kajian agama-agama di dunia.
"Dahulu pada tahun 1960-an ada banyak pendapat bahwa modernisasi
berarti harus sekularisasi dan itu tidak betul. Sekarang, modernisasi
sejalan dengan intensifikasi agama, yaitu sesuatu yang hidup dalam diri
sendiri dan bukan sebagai identitas budaya atau sosial, kecuali di Eropa
Barat dan sejumlah tempat lain," kata Ricklefs.
Peneliti Politik Center for Strategic and International Studies
(CSIS), Philips J. Vermonte, mengatakan bahwa buku "Mengislamkan Jawa"
memberi konteks baru dalam kajian politik elektoral.
"Islam itu, karena mayoritas di Indonesia, menjadi faktor elektoral
yang penting. Dari sisi elektoral, faktor-faktor Islam ini, kontribusi
apa Islam terhadap elektoral politik," kata Philips.
Philips mengatakan bahwa kajian buku "Mengislamkan Jawa" dalam
konteks politik menjelang Pemilihan Umum 2014, yaitu kecenderungan
partai-partai Islam yang tidak mempunyai tokoh yang sesuai dengan
karakteristik para pemilihnya.
"Mungkin sebenarnya tokohnya ada, ketua partai politik dan ketua
organisasi itu kan juga tokoh. Akan tetapi, yang terjadi adalah
masyarakat pemilih itu sudah berbeda dari pemimpin politiknya," kata
Philips.
0 komentar:
Posting Komentar