Am Am C Am
Dm
Lir
ilir, lir ilir tandure wis sumilir
C Dm
Tak
ijo royo - royo
F Am
Tak
sengguh temanten anyar
Am Am C Am
Dm
Cah
angon - cah angon penekno blimbing kuwi
C
Dm F Am
Lunyu
- lunyu peneen kanggo mbasuh dododiro, dododiro
Am Am C Am
Dm
Dododiro
- dododiro kumitir bedah ing pinggir
C Dm F Am
Dondomono
jlumatono kanggo sebo mengko sore
G Am
Mumpung
pandang rembulane
G Am
Mumpung
jembar kalangane
C Dm
F G Am
Yo
surako surak hiyo
Lir-Ilir memang memiliki banyak
makna, selain sebagai pencarian jati DIRI, juga makna mendalam bagi umat
beragama Islam. Nah, bisakah tembang Lir-ilir ini di maknai sebagai cermin
hidup dan motivasi? mari kita coba ulas tembang ini sebagai cermin hidup.
Setiap pribadi memiliki pembawaan
sifat atau karakter yang sangat khusus, yang terbentuk dari pencampuran DNA
sang ayah dan ibu, maka karakteristik inilah yang harus digali dan dimiliki
oleh seorang pribadi. Maka buang semua keinginan-keinginan menjadi si A, si B,
si C dst. Kibaskan semua bagai “lir-ilir” carilah DIRImu dan jadilah DIRImu
sendiri, tetaplah focus pada satu titik yaitu DIRImu.
Pelajari terus sampai dapat angin
(kabar) yang menyejukkan. Istiqomahkan (biasakan/dilatih) sehingga mengalir
tumbuh menjadi DIRImu sendiri, bagai “tandure wis sumilir” asah lah
kemampuanmu, asah lah batas maximalmu bagai “tak ijo royo-royo” dan asah lah
posisi yang tepat bagimu (dimanapun kamu berpijak) bagai “tak senggo” menuju pada
kesempurnaanmu, kemanfaatanmu dan kebahagiaanmu dengan pribadi yang lain bagai
“temanten anyar”. Maka selamat datang wahai DIRI, selamat datang wahai salah
satu warna PELANGI.
Ketika kamu sudah menjadi DIRImu
sendiri sangatlah pantas jika kamu adalah pengendali, kamu adalah pemimpin
pribadimu sendiri, kamu adalah “cah angon” yang focus pada satu pengendalian,
pada satu gembalaan, pada satu cita-cita dan harapan. Karena itulah jalan
hidupmu sendiri maka jalanilah, telusurilah dan panjatlah “penekno” takdir yang
telah memilihmu, garis takdir yang memiliki 5 titik seperti bintang “blimbing
kuwi” yang mana kamu akan menjumpai berbagai kepentingan yang dapat menjatuhkan
dan dapat menaikkan posisi mu yang diibaratkan dengan “lunyu-lunyu”. Dan
ingatlah semua itu adalah pelajaran (bisa disebut hukuman atau didikan atau
bahkan hadiah) maka tetaplah dijalani “penekno” agar senantiasa menambah
wawasanmu, keilmuanmu serta perbuatanmu “kanggo mbasuh dodot iro”.
Karena sesungguhnya keilmuan dan
perbuatan yang ada pada dirimu "dodot iro – dodot iro" masih belum
seberapa dibandingkan dengan apa yang diharapkan, masih banyak kekurangan,
masih banyak kelemahan "kumitir bedah ing pinggir". Maka teruslah
dipelajari -terus jalani- "dom domono" dan Perbaiki perbuatan serta
rencana dalam menjalani hidup "jlumatono" untuk menghadapi kehidupan
besok dan masa yang akan datang "kanggo sebo mengko sore".
Mumpung kamu masih diberi kesempatan
untuk hidup "mumpung padang rembulane", mumpung kamu masih diberi
kesehatan hati, akal dan jasad (mata, tangan, kaki, mulut, telinga, dst)
"mumpung jembar kalangane". Maka pergunakanlah waktu itu sebaik -
baiknya dan bergembiralah "yo surak o surak hiyo".
Sumber : Inspirasi dunia Kita
0 komentar:
Posting Komentar